Barangkali ada yang nganggap niat
banget saya sampai posting beginian, atau juga malah ada yang nganggap saya kurang
kerjaan juga, apa pun itu akhirnya tetep ada yang baca. Hehe. Jadi begini, tadi
malam menjelang pukul sepuluh WIBB (Waktu Indonesia Bagian Bogor) ada pesan
whatsapp masuk. Jeng jeng, yang muncul adalah meme kamus yang lagi nge-trend
sekarang, soal makna-makna tempat atau pun benda tapi dibikin artinya kekinian
banget. Khalayak netizen apalagi yang mainannya instagram atau path mungkin
sudah terbiasa dengan meme semacam itu. Tapi kali ini menjadi sedikit riweuh suasananya karena yang dibikin makna itu
jurusan waktu kuliah S1. KPM (Komunikasi Pengembangan Masyarakat) yang sekarang
bertransformasi menjadi SKPM (Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat).
Jadi gini meme kamusnya:
Sumber: @tweetipb
Awalnya nggak terlalu merhatiin,
tapi pas tadi pagi buka aplikasi path ternyata banyak moment repath dan
beberapa komentar muncul. Nah kalau boleh saya mau ikut komen juga (kalau nggak
boleh juga akan tetap komen, kok). Anyway, dari sudut pandang pemasaran meme
ini cukup berhasil apalagi kalau dilihat sebagai konsumsi infotainment, soalnya
banyak yang komen juga. Artinya kalau dikomenin khalayak aware soal informasi
yang ada. Oke sip! Karena makna nomor 4 disebutkan bahwa analisis dan resume jurnal adalah
makanan sehari-hari, jadi mau coba analisis dikit, siapa tahu makanan
waktu kuliah dulu masih ada sarinya meskipun nggak banyak :D
Baiklah, mulai dari pengertian
pertama. Departemen paling bahagia saat TPB.
Pagi tadi ketika saya buka
aplikasi path, ternyata banyak moment repath dengan komentar
macam-macam. Misalnya komentar saya sendiri: “waktu TPB gue harus nangis-nangis gara-gara Kimia sama Kalkulus”
itu mata kuliah yang bikin mata bengkak, bukan karena belajar tapi karena
nangis nggak bisa ngerjain ujian (emang dasar saya yang nggak pandai). Dan saya
yakin di angkatan saya (angkatan tahun 2007 alias 44) banyak merasakan hal yang
sama. Rantai karbon bergandengan membentuk molekul nilai IPK yang sungguh
sangat MENGENASKAN. That’s fact, jadi pantes aja anak KPM pada jaman itu (saya
pikir mulai dari angkatan 44-47) protes bahwa masa TPB nya bukan sebagai bagian
dari departemen paling bahagia karena harus menghadapi kenyataan pahit sama
mata kuliah eksakta. Beda kasusnya kalau angkatan 42-43 KPM, mungkin jadi masa
paling abu-abu, masa penerawangan. Jaman dulu milih jurusan udah kayak ngantri
beli bensin di menit-menit terakhir mau ada kenaikan BBM. Ngurutin dari angka 1
sampai 32 departemen yang dulu ada, kalau nggak dapat jurusan yang sesuai ya
dilempar, salah satunya mungkin di lempar ke KPM. Jadi bahagianya bukan saat TPB tapi bahagianya justru pas udah masuk di
KPM. Nah kalau angkatan 48 ke sini (sekarang angkatan 51), mungkin merasa
bahwa TPB nya lebih bahagia, alhamdulillah, artinya perjuangan para pendahulu
ada hasilnya (baca: masa-masa sulit telah berlalu). Tapi kebahagiaan anak TPB jaman dulu (42-47, cmiiw) mungkin adalah kelas kuliah yang disatukan lintas departemen dari A
sampai I jadi temen-temennya nyebar ke mana-mana, gebetannya juga ada di mana-mana. Setahu saya dan berdasarkan
informasi kalau sistem TPB yang sekarang sistemnya lebih disatukan dalam satu
jurusan/satu fakultas.
Pengertian kedua, mayoritas
wanita badai namun miskin pria. Kalau ini nggak banyak komen karena
kenyataannya jumlah mahasiswa perempuan lebih banyak daripada laki-laki.
Pengertian ketiga, hobi
ngomong. Saya nggak hobi ngomong (ini beneran), cuma pada saat di KPM
memang dilatih untuk dapat berkomunikasi dengan baik. Nah hasilnya karena
diajarin komunikasi, setiap saat adalah waktu untuk berkomunikasi buat anak
KPM. Satu mulut anak KPM mewakili sepuluh orang ngomong. Pernah dapat kritik
dari adik kelas “Kak, kalau minor ada
anak KPM itu asli berisik banget”. Tapi salutnya, anak KPM kalau ngasih argumen
memang bagus (yang bagus), mungkin ngomong bukan hobi lagi tapi sudah
terinternalisasi sebagai proses pembelajaran. (Kalau komen via tulisan bukan ngomong?)
Pengertian keempat, analisis
dan resume jurnal adalah makanan sehari-hari. Anak-anak KPM pasti ngalamin dapat tugas banyak untuk menganalisa
bacaan baik dari jurnal maupun bahan bacaan lain. Tapi nggak sehari-hari banget
kok, ada waktu kosong kalau libur, sehari-hari masih makan nasi bagi yang suka
nasi.
Itu analisis ngawur dari empat
pengertian KPM di meme kamus tersebut sesuai versi saya. Nah yang heboh adalah
caption terakhir dengan pernyataan “masyarakat
aja diperhatiin apalagi pacaran sama anak KPM”. Ada netizen yang
mengubahnya jadi “masyarakat aja
diperhatiin apalagi nikah sama anak KPM”. Mungkin
gemes karena udah masanya nikah tapi kamusnya masih nyantumin pacaran. Jadi
asumsi saya, mungkin yang bikin meme masih jomblo, nggak apa-apa, setiap kesulitan akan bertemu jalan kemudahannya, setiap kejombloan akan bertemu dengan jalan pasangannya.
Karena tujuannya untuk menghibur, nggak ada salahnya juga dimaknai empat poin itu, cuma karena lintas generasi angkatan jadi berasa nggak sreg dikit. kecuali memang tujuannya ilmiah mungkin harus sesuai kaidah pembuatan definisi operasional seperti yang didapat jaman BMI,MPS, SP, Proposal, Skripsi, de el el. Nah anak KPM pasti inget masa-masa itu.
Karena tujuannya untuk menghibur, nggak ada salahnya juga dimaknai empat poin itu, cuma karena lintas generasi angkatan jadi berasa nggak sreg dikit. kecuali memang tujuannya ilmiah mungkin harus sesuai kaidah pembuatan definisi operasional seperti yang didapat jaman BMI,MPS, SP, Proposal, Skripsi, de el el. Nah anak KPM pasti inget masa-masa itu.
Overall, untuk analisis ngawur saya, itu sudut pandang pribadi
sebagai lulusan dan sampai sekarang masih suka muncul tiba-tiba di KPM sambil
nyengir karena capek naik tangga ke lantai 5. Soal meme, itu kreativitas, soal
komen juga kreativitas (nggak mau kalah). Yang jelas, kalau ditanya gimana
perasaannya (pernah) jadi mahasiswa KPM, bangga tentunya. Dalam hati, saya
sedang teriak yel-yel “we are the FEMA
KPM, we are the FEMA KPM, Ka Pe Em” sambil bayangin masa-masa cupu hingga beranjak
dewasa muda di sana (masih nyoba nganalisis ngawur pake teori POD). Masing-masing
kepala akan punya memorinya sendiri tentang KPM, untuk saya, saya bangga pernah
menjadi bagiannya. Berkenalan dengan leluhur seperti Karl Marx, Max Weber, Paulo
Freire, Ivan Pavlov, Clifford Geertz, Robert Redfield, dan teman-temannya. Siapa itu, sudah lupakan saja, nanti jadi komen panjang lagi. Yang
terpenting selama di KPM bisa berkenalan, berteman, dan bersahabat dengan orang-orang hebat,
dosen, teman seperjuangan, kakak kelas, adik kelas, Pak Piat, Pak Haji, Trio
Macan, semuanyaaaaa. KPM juara banget! Selamat sudah akreditasi internasional :)
Sekian, salam hijau toska!
28 Januari 2015 (Masih Waktu Indonesia Bagian Bogor Sebelum Makan Siang)